Ini adalah dongeng Korea tentang asal mula dari nyamuk. Dan dongeng ini juga merupakan salah satu variasi dongeng dari sekian banyak dongeng tentang gumiho alias rubah berekor sembilan.
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
(*please take all with credit if you copy paste and reposting/ HARAP SERTAKAN CREDIT jika Anda ingin mengcopy paste dan memposting kembali untuk kebutuhan situs, personal, grup, ataupun page).
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pria yang memiliki tiga anak laki-laki tanpa anak perempuan. Adalah sebuah harapan yang besar untuk memiliki anak perempun. Oleh karena itu ia mendaki gunung dan berdoa kepada Tuhan. Suatu malam, setelah berbulan-bulan berdoa, dalam kondisi putus asa ia berkata,
“Tolonglah Tuhan, berikan aku seorang anak perempuan meskipun ia seekor rubah”
Tak lama, istri dari pria tersebut hamil, dan iapun memiliki anak perempuan yang cantik. Pria tersebut sangat bahagia. Namun ketika sang anak berusia sekitar 6 tahun, keanehan-keanehan mulai terjadi. Setiap malam seekor sapi mati dan di pagi harinya mereka tak pernah bisa menemukan jejak dari pembunuhnya. Sehingga pria itu menyuruh anak pertamanya untuk berjaga satu malam. Pagi harinya, anak pertama menceritakan peristiwa buruk yang terjadi.
“Ayah, aku tak bisa percaya dengan kedua mataku. Adalah adik kecil kita yang membunuh sapi itu. Ia keluar di tengah malam dan aku mengikutinya hingga ke kandang sapi. Di bawah sinar bulan, aku melihatnya menari sebentar. Kemudian ia meminyaki tangan dan lengannya dengan minyak wijen. Ia menyorongkan tangannya ke dalam anus sapi dan mengambil hatinya. Ia memakannya mentah-mentah, sementara sapi itu mati tanpa suara. Itulah yang aku lihat, ayah, terlalu mengerikan jika melihatnya lagi”
Sang ayah merasa sakit hati, “Itu tidak mungkin, katakan padaku yang sesungguhnya”
“Itu kebenarannya ayah”
“Kau pasti bermimpi buruk. Kau mengkhianati kepercayaanku dengan tertidur pada saat kau seharusnya terjaga. Pergilah dari pandanganku. Kau bukan lagi anakku”
Dan iapun mengusir anak tertuanya.
Saat ini adalah giliran anak kedua yang harus berjaga. Semua baik-baik saja selama satu bulan, namun ketika bulan purnama muncul, hal yang sama terjadi lagi. Dan pagi harinya ia melaporkan hal yang sama kepada ayahnya.
“Tidak, itu tak mungkin” ucap ayahnya
“Katakan yang sesungguhnya” lanjutnya
“Itulah yang sebenarnya ayah”
“Kau pasti bermimpi buruk. Kau mengkhianati kepercayaanku dengan tertidur pada saat kau seharusnya terjaga. Pergilah dari pandanganku. Kau bukan lagi anakku”
Anak keduapun bernasib sama dengan anak pertama, di usir dari rumah.
Selanjutnya adalah giliran anak laki-laki termuda untuk mengawasi adik perempuannya. Sekali lagi, semua baik-baik saja selama satu bulan. Saat bulan purnama muncul, hal yang sama terjadi lagi. Namun setelah melihat nasib kakak-kakak sebelumnya, iapun akhirnya berbohong
“Ayah, adik kecil kita keluar di tengah malam dan aku mengikutinya. Ia membuat minuman dan keluar lagi. Saat aku melewati kandang sapi di bawah sinar bulan aku melihat sapi itu sudah mati. Pasti mereka takut dengan bulan purnama” jelasnya
“Bagus, kau sudah menjalankan tugasmu yang seharusnya” ucap sang ayah
“Kau harus mewarisi tanahku saat aku harus bergabung dengan nenek moyang kita”
Sementara itu, dua anak laki-laki sebelumnya tak lebih dari seorang pengemis yang berkeliling di pinggiran kota. Akhirnya mereka mendatangi puncak gunung dimana guru Budha mengambil mereka dan merekapun belajar dengan rajin sampai hati mereka tidak terluka lagi ketika melihat rumah mereka. Setelah satu tahun, keduanya memutuskan untuk kembali ke desa untuk berkunjung. Guru tertua mebuatkan kedua kakak beradik itu tiga buah botol ajaib berwarna putih, biru, dan merah.
“Gunakan ini seperti yang aku perintahkan, dan kalian akan mampu melawan musuh meskipun itu adik perempuan kalian sendiri yang pastinya adalah setan serigalan” ujar sang guru
Kakak beradik itu berterima kasih pada biksu tua dan kembali ke desa untuk mencari semua yang mereka tinggalkan. Saat mereka tiba di rumah, mereka menemukan atap yang tak diperbaiki dan halaman yang dipenuhi rumput liar. Di luar, panel pintu sudah tercabik-cabik. Mereka menemukan adik perempuannya sendiri.
“Dimana semuanya? Dimana ayah? Dimana adik laki-laki kami? Dimana ibu?”
“Mereka sudah meninggal” jawab sang adik perempuan. Ia tak menjelaskan, namun kedua kakak beradik tahu penyebabnya.
“Aku sendiri sekarang, kakak tidakkah kalian ingin tinggal denganku?” katanya lagi
“Tidak” jawab mereka
“Kami harus mencari jalan kami sendiri. Tak ada gunanya bagi kami di sini”
“Kenapa? Ini hampir malam. Tidakkah kalian ingin tinggal satu malam saja?” ucap sang adik
Dengan perasaan enggan merekapun menyutujuinya. Entah bagaimana caranya, sang adik menghidangkan makanan enak dengan anggur malam itu. Mereka merasa curiga dan berencana tetap berjaga-jaga malam iyu. Namun mereka begitu lapar setelah menderita selama setahun dalam kemiskinan. Merekapun akhirnya makan dan minum sampai kenyang dan tertidur. Di tengah malam anak tertua terbangun ingin buang air kecil. Ia berpikir bahwa adik laki-lakinya masih makan karena terdengar suara seperti orang sedang makan. Oleh karenanya ia ingin memperingatkannya untuk tidak ribut. Di bawah sinar bulan purnama ia melihat meja masih di tempatnya dengan sisa makanan bertaburan. Bukanlah nasi yang ia lihat namun belatung. Bukanlah anggur yang ia lihat namun secangkir darah. Bukanlah sawi kimchi yang ia lihat namun beberapa jari manusia. Ia pun terduduk ketakutan menyadari apa yang ia makan, kemudian ia melihat hal yang membuat keributan yakni adik perempuannya yang duduk di atas tubuh adik laki-lakinya yang mati sambil mengunyah organ hatinya.
“Apa kau tidur nyenyak, kakak tertuaku?” tanyanya
“Aku butuh satu lagi dan kemudian aku akan menjadi manusia” jelasnya
Anak tertua melompat dari tempat tidurnya dan berlari keluar rumah. Ia masih merasa pusing dengan makanan yang lezat, dan ia tersandung, terduduk di jalan di bawah sinar bulan. Tak lama adik perempuannya mengejar dan dengan mudah menangkapnya. Ia pun teringat dengan petunjuk dari biksu tua, ia mengambil botol putih dan membuangnya di belakang. Tiba-tiba dalam sekumpulan asap muncul semak belukar luas yang menghalangi jalan adik perempuannya. Hal ini yang sebentar sebab sang adik akhirnya berubah menjadi bentuk aslinya yaitu seekor rubah dan dengan mudah melarikan diri. Dalam waktu singkat ia nyaris tertangkap bertepatan pada saat ia mengambil botol biru dan melemparnya ke belakang. Muncul percikan keras, terlihat danau yang luas. Sekali lagi sang adik terjebak. Ia bertahan dengan berenang dan sekali lagi ia berubah menjadi serigala yang mendayung dengan mudah. Sang anak tertua lelah dan ketakutan. Ia tak bisa lari lagi. Iapun mengambil botol merah dan melemparkannya pada rubah sambil berkata, “Ya! Ambil itu”
Muncul cahaya menyilaukan mata, dan rubah tertelan dalam sebuah bola api. Ia terbakar sampai mati, berteriak, dan saat tersisa sedikit abu keluarlah lengkingan serangga. Inilah pertama kalinya nyamuk muncul di dunia. Dan itulah sebab mengapa rubah dan nyamuk sangat takut pada rumput dan api
Eh, 3botol? Macam mirip dongeng indonesia. Timun mas wkwk
ReplyDeleteijin copas :)
ReplyDeleteJangan lupa creditnya.. thank you for your coming :)
ReplyDeleteijin share ke fb
ReplyDeleteannyeong eonnie:)
ReplyDeletebangapta;)
eonnie ak mau req translate indo lgu jisun-crazy in love dund,itu ost drama briliant legacy,
#jebalyo eonnie:)
gomawo;)
izin copas
ReplyDelete