Sunday, January 22, 2012

[DONGENG] Nolboo Hungboo A Korean Folktale

Dongeng ini diceritakan kembali oleh Eyoungsoo Park dalam bahasa inggris. Saya hanya memfasilitasi untuk mengalih bahasakan ke Bahasa Indonesia

Bertahun-tahun yang lalu hiduplah dua orang bersaudara. Nolboo adalah saudara yang tertua namun tidak ada seorangpun yang menyukainya. Berbanding terbalik dengan Hungboo, saudara yang muda. Ia sangatlah ramah, sopan, dan lembut sehingga semua orang juga ayahnya yang duda sayang kepadanya. Setiap orangtua pasti berharap memiliki anak seperti Hungboo dan tidak ada yang meragukan bahwa Tuhan akan memberkatinya.

Suatu hari sang ayah memanggil kedua anaknya ke sisi tempat tidurnya dan mengatakan permintaan terakhir sebelum meninggal. Ayahnya meminta agar mereka berdua selalu bersama dan saling membantu. Hungboo sangat sedih dan berduka kehilangan ayahnya, sedangkan kakaknya terlihat bahagia. Dalam adat bangsa Korea, sangatlah umum anak tertua mendapatkan semua harta warisan. Nolboo sebagai saudara tertua dapat melakukan apa saja terhadap tanah warisan ayahnya. Tiba-tiba ia menyuruh adik berserta keluarganya keluar dari rumah. Hungboo tidak memiliki uang bahkan untuk menyewa kamarpun tak bisa. Tetapi ia harus keluar ke jalanan bersama istri dan anaknya. Ia berlutut di tanah dan memohon pada kakaknya untuk mengizinkannya tinggal hingga ia menemukan tempat yang sesuai. Namun sang kakak tidak mendengarkan.

Hungboo dan keluarganya mengemasi barang dan terpaksa tidur di luar hingga akhirnya mereka menemukan tempat kosong di balik bukit dan membangun sebuah gubuk kecil. Semua anggota keluarga bekerja keras di ladang milik orang lain, tetapi upah yang didapatkan tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari. Mereka harus berpuasa. Anak-anak menjadi sangat lapar dan menangis meminta makan. Hungboo tidak tahan melihat keluarganya menderita. Ia pun pergi ke rumah kakaknya,
“Mengapa kamu datang lagi?” tanya sang kakak
“Anak-anakku lapar dan menangis. Aku tidak bisa melihat mereka seperti itu. Oleh karena itu aku datang untuk meminjam beras darimu. Tolong bantu aku!” mohon Hungboo
“Siapa suruh memiliki banyak anak? Aku tidak ingin memberimu biji apapun. Bahkan biji-bijianku rusak dan membusuk di lumbung.” Nolboo menolak lagi
Hungboo melihat istri kakaknya menyiapkan makan malam di meja makan. Ia meminta pada kakak iparnya membagi nasi utnuk anak-anaknya yang kelaparan. Setelah mengomel dan menunjukkan kemarahannya, kakak ipar Hungboo memukul dengan sendok kayu di pipi kiri Hungboo. Hungboo merasakan beberapa nasi masuk ke pipinya. Ia kemudian berkata
“Tolong pukul aku di sebelah kanan sekali lagi”
Kakak iparnya membersihkan sendok kayu dengan celemek kemudian memukul Hungboo lagi. Hungboo kembali ke rumah dengan tangan kosong.

Musim dingin yang panjang berakhir, berganti dengan musim semi. Sepasang burung layang-layang membuat sarang di bawah atap gubuk Hungboo. Seluruh anggota keluarga berbahagia sebab merasa kedatangan tamu. Merekapun membuat tamunya tersebut merasa nyaman. Tak lama kemudian mereka memiliki lima anak burung layang-layang yang tumbuh kuat setiap hari. Satu persatu anak-anak burung itu terjatuh dari sarang dan jatuh ke tanah dengan kaki patah. Hungboo memberikan obat, membalut kaki yang terluka serta mengembalikannya ke sarang. Semua anak-anak burung itu tumbuh menjadi burung layang-layang besar dan terbang ke selatan ketika musim dingin datang.

Keluarga Hungboo tidak memiliki cukup persediaan makanan, bahkan tidak ada pakaian untuk menghangatkan tubuh. Tetapi musim dingin sudah berakhir dan sekali lagi musim semi datang. Kemudian datanglah sepasang burung layang-layang lain yang menempati sarang burung yang lama di bawah atap gubuk. Keluarga sekali lagi gembira memiliki tamu. Pada hari pertama salah satu burung menjatuhkan sesuatu di depan Hungboo. Itu adalah biji labu. Hungboo menanam dan menyirami setiap hari. Di penghujung musim panas tumbuhan merambat tersebut menghasilkan banyak labu yang masak.

Suatu hari Hungboo memutuskan untuk mengambil satu labu dan membukanya. Setiap anak memiliki permintaan. “Aku berharap ada emas di dalamnya.” “Aku harap ada beras.” Ketika labu di buka, keluarlah koin emas dan perak. Saat mereka membuka labu ke dua, keluarlah beras. Mereka kemudian membuka labu terakhir, keluarlah sekelompok perkerja lengkap dengan peralatannya.
“Tuhan mengirim kami untuk membangun rumahmu” salah seorang pria berucap
Para pekerja tidak menyia-nyiakan waktu sedetikpun. Kastil megah berdiri di balik bukit. Saat kastil tersebut selesai di bangun, para pekerja menghilang dalam sekejap. Hungboo dan keluarganya kini memiliki uang dan makanan untuk hidup bahagia selamanya.

Tidak butuh waktu lama bagi kakak Hungboo untuk belajar dari kekayaan yang diperoleh adiknya, Nolboo mendatangi rumah Hungboo.
“Semua uang ini pasti hasil mencuri” tuduhnya
Hungboo cepat-cepat bercerita bagaimana ia mendapatkan uang, lalu Nolboo pulang ke rumah. Sepasang burung layang-layang di bawah atap rumah besarnya beranak. Ia mengambil satu anak burung, mematahkan kakinya, kemudian memberi obat, membalut, dan mengembalikan ke sarang. Semua anak burung tumbuh besar dan semua terbang ke selatan hingga musim dingin tiba. Seperti yang diperkirakan, sepasang burung layang-layang kembali dan menjatuhkan biji labu di depan Nolboo. Ia menanam, menyiraminya dengan harapan bisa mendapatkan kekayaan seperti adiknya. Tumbuhlah tiga buah labu yang masak. Nolboo memanggil semua anggota keluarganya dan mengumumkan bahwa ia akan membuka labu dengan pengharapan yang besar. Nolboo berharap mendapatkan emas dan perak. Istrinya memohon beras. Anaknya mengharapkan kastil yang lebih besar dari milik pamannya. Nolboo membuka labu pertama dan keluarlah kotoran manusia yang berbau. Ia harus mengangkat labu itu dan membuangnya keluar.
“Ini busuk. Yang ini kelihatannya bagus.”
Ia membuka yang kedua, dan keluarkah ular beracun yang tak terhitung jumlahnya. Mereka membuka labu terakhir dengan harapan impian mereka terkabul. Kali ini keluarlah penyihir dan hantu yang tak terhingga untuk melawan Nolboo. Nolboo tidak juga sadar dengan ketamakannya. Ia kembali mengambil labu terakhir dan keluarlah air yang membanjiri dan menyapu semua isi rumah. Nolboo dan keluarganya tidak memiliki apapun. Ia kemudian menuju rumah adiknya.
“Adikku, tolong maafkan aku. Mulai sekarang aku akan menjadi orang baik”
Nolboo memohon dengan meneteskan air mata. Hungboo membantu kakaknya bangun dari tanah dan menyuruh masuk keluarganya.
“Tak ada yang perlu kau risaukan kakakku. Kami punya banyak sekali kamar dan beras untuk keluarga kita”
Nolboo dan keluarganya pada akhirnya berubah sikapnya dan kedua keluarga tersebut hidup bahagia selamanya.
Related Post

1 comment:

  1. Jd inget shinee hello baby,, yg oNew jd pinguin..
    ^^

    ReplyDelete

close