Dongeng negara Korea ini di tulis lagi oleh Suzanne Crowder Han dalam bahasa Inggris. Ceritanya sebenarnya sederhana, hampir sama dengan dongeng yang ada di Indonesia. Selalu ada makna di balik sebuah cerita, begitu juga dengan dongeng ini.
INDONESIAN TRANSLATION
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
(*please take all with credit if you copy paste and reposting/ HARAP SERTAKAN CREDIT jika Anda ingin mengcopy paste dan memposting kembali untuk kebutuhan situs, personal, grup, ataupun page).
Beratus-ratus tahun yang lalu tersebutlah seorang raja yang memiliki alat penggiling dari batu (sejenis 'munthu' dalam bahasa jawa) yang tidak biasa. Alat ini terlihat sama dengan penggiling lainnya, tetapi yang dimiliki sang raja memiliki tenaga khusus. Satu hal yang perlu dilakukan adalah mengatakan yang diinginkan lalu dimaukkan ke dalamnya, dan akan keluarlah barang yang diminta. Jika meminta emas, maka emaslah yang akan keluar. Jika meminta beras, maka beraslah yang akan keluar. Apapun permintaan yang diajukan, alat penggiling batu ini akan mengabulkannya.
Seorang pencuri yang hal tersebut berencana untuk mencuri alat penggiling ini. Berhari-hari ia memikirkan cara untuk mencuri tetapi ide tersebut tidak pernah muncul. Hingga suatu hari ia berpakaian seperti seorang pelajar dan mengunjungi pejabat lapangan yang memiliki akses masuk ke istana kerajaan. Mereka berbincang-bincang tentang banyak hal, hingga akhirnya si pencuri berkata, “Aku mendengar bahwa raja mengubur alat penggiling misterius di tanah sebab ia tidak memercayai mentri-mentrinya”
“Apa kau bilang? Raja tidak memercayai mentri-mentrinya? Darimana saudara mendengar hal tersebut?”
“Orang-orang pinggiran kota yang mengatakannya” jawabnya, ia senang telah berhasil mencuri perhatian. “Mereka berkata bahwa Raja menggali lubang yang dalam dan menguburnya sebab ia takut seseorang akan mengambilnya”
“Aku tak percaya!” ucap pejabat. “Alat penggiling raja itu berada di samping kolam lotus di istana paling dalam”
“Oh, benarkah begitu?” si pencuri berusaha mengontrol ketertarikannya
“Tidak ada siapapun yang berani untuk mencuri alat penggiling raja” Pejabat berkata berapi-api
“Siapa yang berani mencoba mengambil saat benda tersebut ada di sebelah kanan kolam lotus. Di sana selalu ada banyak orang berlalu-lalang” sambungnya
Indonesian translation:. http://haerajjang.wordpress.com
Pencuri sangat gembira, sebab ia hanya cukup menjawab “Ya” dan “Benar” hingga saatnya ia harus pergi
Selama beberapa hari pencuri itu mempelajari situasi. Dan pada suatu malam yang gelap, ia memanjat dinding istana dan mencuri alat penggiling yang berada di sebelah kanan kolam lotus. Ia sangat bangga dan percaya diri saat menuju jalan pulang lewat dinding. Tetapi di luar istana, ia harus mengatasi ketakutannya yang muncul. Jantungnya berdetak kencang ketika ia bertemu dengan seseorang di jalan. Ia kemudian memutuskan untuk mencuri kapal dan pergi ke tempat asalnya untuk bersembunyi karena ia tahu bahwa kasus pencurian pasti sudah diketahui. Setiap orang di kota dan di jalan akan diinterogasi.
Saat berada di laut, pencuri itu menyandarkan punggungnya berlawanan dengan haluan kapal dan tertawa. Ia kemudian bernyanyi dan menari sambil memikirkan betapa kayanya dia kelak. Ia juga memikirkan tentang permintaan yang akan diajukan dari alat penggiling itu. Ia tidak ingin meminta sesuatu yang umum dan mudah didapatkan.
“Garam! Garam!” tiba-tiba ia berteriak.
“Aku akan meminta garam! Setiap orang perlu garam. Aku dapat menjualnya dan menjadi orang kaya. Aku akan menjadi orang terkaya di negri ini”
Ia membungkuk dan mulai menggerakkan alat penggiling sambil mengucapkan permintaannya, “Garam! Garam! Buatlah garam!” Dan ia kembali bernyanyi dan menari akan menjadi orang kaya.
Penggiling itu terus berputar dan berputar. Garam keluar dan tertumpah di kapal kecil itu. Pencuri terus saja menari, menyanyi, juga tertawa, yang ia pikirkan adalah rumah besar yang akan ia miliki dan banyak pembantu yang akan melayaninya dengan makanan mewah.
Akhirnya kapal itu penuh dengan garam dan tenggelam di dasar laut. Sejak saat itu tidak ada seorangpun yang mengatakan pada alat penggiling untuk berhenti, alat itu terus menghasilkan garam, itulah sebabnya laut yang ada saat ini terasa asin.
Suzanne Crowder Han, 1991, Korean Folk & Fairy Tales
No comments:
Post a Comment